Kamis, 01 Mei 2008

Mengapa Ibu Menangis ?

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya
pada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya
menjawab, "Sebab, aku wanita". "Aku tak mengerti," kata si
anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat.
"Nak, kamu memang tak akan mengerti...."

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa
Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang
jelas? Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis
tanpa ada alasan." Hanya itu jawaban yang bisa diberikan
ayahnya.

Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap
bertanya-tanya,mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan
"Ya Tuhan,
mengapa wanita mudah sekali menangis? Dalam mimpinya,
Tuhan menjawab,
"Saat Kuciptakan wanita, aku membuatnya menjadi sangat
utama.
Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia
dan isinya,walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan
lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan pada wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan
mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula,
ia kerap menerima cerca dari anaknya....

Kuberikan pada wanita keperkasaan, yang akan membuatnya
tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah
putus asa. Kuberikan pada wanita kesabaran, untuk merawat
keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa
berkeluh kesah..

Kuberikan pada wanita, perasaan peka dan kasih sayang,
untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan
dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu
melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula
yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang
terkantuk menahan lelap dan sentuhan kasih sayangnya akan
memberikan kenyamanan saat didekapdengan lembut olehnya.

Kuberikan pada wanita! kekuatan untuk membimbing suaminya,
melalui masa-masa sulit, dan m enjadi pelindung baginya.
Sebab, bukankah tulang rusuk yang melindungi setiap hati
dan jantung agar tak terkoyak? Kuberikan pada wanita
kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian
dan menyadarkan bahwa, suami yang baik adalah yang tak
pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula,
kebijaksanaan itu akan
menguji kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap
berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi

Dan, akhirnya, kuberikan pada wanita airmata agar dapat
mencurahkan perasaannya.
Inilah yang khusus kuberikan kepadanya, agar dapat
digunakan kapanpun ia inginkan.
Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun
sebenarnya, airmata ini adalah airmata kehidupan....

Selasa, 29 April 2008

Kebohongan Seorang Ibu

8 Kebohongan Seorang Ibu…………

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:
"Makanlah nak, Ibu tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, Ibu duduk disampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku.
Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata:
"Makanlah Nak, Ibu tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel. Dari hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata:
"Cepatlah tidur nak, Ibu tidak Capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, Ibu yang tegar dan gigih menungguku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata:
"Minumlah nak, Ibu tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap Sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, Dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kami pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat Kondisi keluarga yang semakin parah, Ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk Menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, Ibu berkata:
"Saya tidak butuh cinta" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku dan kakakku semuanya bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau , Ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang Tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata:
"Ibu masih punya uang" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian Memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika. Berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, Ibu berkata kepadaku
"Ibu tidak terbiasa" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit Kanker Lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang Samudera Atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk Ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya Setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menggerogoti tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti Ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata:
"Jangan menangis anakku, Ibu tidak sakit" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : "Terima kasih Ibu"

Coba dipikir-pikir, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita?
Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita?
Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian.
Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum?
Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum?
Apakah ini benar?
Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Kearifan Penjual Kue Pukis

Perlahan tangan kekar itu menuangkan adonan kue ke loyang kue yang beruas-ruas. Setelah rata dan semua ruas terisi, sebelah tangan lainnya mengambil penutup loyang dan meletakan di atasnya rapat-rapat.

Beberapa menit kemudian, ia kembali membuka penutupnya dan mulai mengangkat satu persatu kue yang sudah masak dengan pengungkit kecil, satu, dua, tiga dan seterusnya seraya memindahkan kue-kue itu ke tempat khusus yang sudah disediakan.

Di sebelah lelaki itu, seorang perempuan anggun bersanding. Lihai gerak tangannya bermain dengan sebilah capit, seperti sudah terlatih bertahun-tahun menggunakan alat tersebut. Tangan kirinya memegang plastik transparan ukuran setengah kilogram, dengan capit di tangan kanannya ia memasukkan serta menyusun kue-kue ukuran kecil itu.

Terakhir, kedua tangannya melipat dan merekatkan ujung plastik dengan stepler. Tumpukan kue pukis yang sudah tersusun rapih itu tinggal menunggu berpindah tangan kepada para pembelinya.

Begitulah setiap sore hingga malam dua pasang tangan lihai bekerja, mulai dari membuat adonan kue, memasaknya, hingga menjualnya. Mereka terlihat akrab, bahkan mesra dalam kadar sewajarnya, sesekali tangan perempuan itu mengambil sehelai lap bersih untuk membasuh peluh di kening lelaki di sisinya. Kadang, si lelaki berganti menggoda makhluk manis di sebelahnya, sekadar untuk memelihara semangat berjualan di antara mereka berdua.

Setiap sore atau malam, sepulang kerja saya melewati sepasang suami isteri yang berjualan kue pukis itu. Ia menetap di sebuah rumah kontrakan kecil di tepi jalan Cinangka, Sawangan, Depok. Di depan kontrakannya itulah mereka menaruh harapan rezekinya, di meja berukuran 1 x 1, 5 meter, dan sebuah kompor yang di atasnya terletak loyang kue pukis.

Suatu hari, saya membeli kuenya. Mereka sudah cukup hafal dengan motor yang saya tumpangi, juga cukup familiar dengan kalimat pertama yang terucap ketika saya membuka helm, “Assalaamu’alaikum…” Ceria, ramah, dan penuh senyum. Itulah wajah keseharian keduanya setiap kali saya singgah.

Malam itu, “Tiga bungkus ya…” satu untuk di rumah, dua bungkus lagi untuk penjaga keamanan di komplek tempat tinggal saya. Saya sering merasa harus berterima kasih kepada banyak orang dalam menjalani kehidupan, tidak terkecuali para penjaga keamanan di komplek. Meski pun hanya sebatas makanan kecil yang kerap saya bawakan setiap kali melewati pintu gerbang.

Tiga bungkus kue di tangan, saya pun menyodorkan selembar uang duapuluh ribuan, sedangkan harga tiga bungkus kue itu sebesar sembilan ribu rupiah. Satu menit, dua menit, sampai lima menit, lelaki penjual kue itu mencari-cari uang seribu rupiah, sementara yang sepuluh ribunya sudah di tangannya.

Saya melihat gelagat tak tersedia uang seribu rupiah itu, “Sudah pak, biar saja kembaliannya cukup sepuluh ribu saja.” Sontak isterinya menjawab, “Wah, nggak bisa. Ini korupsi namanya. Kami tidak mau mengambil hak orang lain”.

“Lho, saya kan ikhlas…” tak mau kalah saya. “Kalau begitu, terima ini….” Perempuan itu menyodorkan beberapa kue yang telah dimasukkannya ke dalam plastik, kira-kira pas untuk harga seribu rupiah.

Saya kembalikan kue itu, kemudian ia memaksa bahkan menjejalkan kue itu ke dalam helm saya. Lalu saya kembalikan lagi kuenya, “terima kasih, tapi saya ikhlas. Hanya seribu rupiah kok…” “Benar ikhlas?” Saya mengangguk, wanita itu pun menyerah seraya menengok kepada suaminya. Sang suami pun mengangguk.

Subhanallah. Seribu rupiah membuat seseorang begitu takut dianggap mengambil hak orang lain. Seribu rupiah begitu mengerikan di mata sepasang penjual kue pukis. Dan meski hanya seribu rupiah, tak mau ia mengambil sesuatu yang bukan haknya. Allah telah memberi nasihat langsung melalui penjual kue pukis. Motor pun melaju tenang, namun tak terasa bulir air bening meleleh di sudut mata ini. Astaghfirullahal adziim…

(Gaw, penikmat kue pukis)

Sumber : Oase iman from Eramuslim

Senin, 28 April 2008

Kisah Kepiting

Beberapa tahun yang lalu, kalau tidak salah tahun 2000, saya berkunjung ke kota Pontianak, teman saya disana mengajak saya memancing Kepiting. Bagaimana cara memancing Kepiting?

Kami menggunakan sebatang bambu, mengikatkan tali ke batang bambu itu, diujung lain tali itu kami mengikat sebuah batu kecil. Lalu kami mengayun bambu agar batu di ujung tali terayun menuju Kepiting
yang kami incar, kami mengganggu Kepiting itu dengan batu, menyentak dan menyentak agar Kepiting marah, dan kalau itu berhasil maka Kepiting itu akan 'menggigit' tali atau batu itu dengan geram, capitnya akan mencengkeram batu atau tali dengan kuat sehingga kami leluasa mengangkat bambu dengan ujung tali berisi seekor Kepiting gemuk yang sedang marah.

Kami tinggal mengayun perlahan bambu agar ujung talinya menuju sebuah wajan besar yang sudah kami isi dengan air mendidih karena di bawah wajan itu ada sebuah kompor dengan api yang sedang menyala. Kami celupkan Kepiting yang sedang murka itu ke dalam wajan tersebut, seketika Kepiting melepaskan gigitan dan tubuhnya menjadi merah, tak lama kemudian kami bisa menikmati Kepiting Rebus yang sangat lezat.

Kepiting itu menjadi korban santapan kami karena kemarahannya, karena kegeramannya atas gangguan yang kami lakukan melalui sebatang bambu, seutas tali dan sebuah batu kecil. Kita sering sekali melihat banyak orang jatuh dalam kesulitan, menghadapi masalah, kehilangan peluang, kehilangan jabatan, bahkan kehilangan segalanya karena : MARAH .

Jadi kalau anda menghadapi gangguan, baik itu batu kecil atau batu besar, hadapilah dengan bijak, redam kemarahan sebisa mungkin, lakukan penundaan dua tiga detik dengan menarik napas panjang, kalau perlu pergilah ke kamar kecil, cuci muka atau basuhlah tangan dengan air dingin, agar murka anda mereda dan anda terlepas dari ancaman wajan panas yang bisa menghancurkan masa depan anda.

Nothing Great in the World has ever been accomplished without PASSION




~ Keep Amar Ma'ruf Nahi Munkar on the Net, euy! ~

Minggu, 27 April 2008

Pengingatku...........

Assalamu'alaikum Wr Wb.
Blog ini bagi saya adalah sebuah pengingat, pengingat di kala lengah, pengingat di kala letih, pengingat di kala kumerasa jauh dengan _Nya. Alhamdulillah setelah mengikuti milis sobat-azzam, banyak artikel bagus yang dapat menyentuh hati ku yang rindu dengan tausiah-tausiah Orang Tua, Ustadz & Ustadzah, teman, saudara. Semoga dengan sering ku membuka blog ini, semakin sering ku mengingat tentang kebenaran dan berusaha meninggalkan kebatilan, Amien
Jazakillah
Wassalamu'alaikum Wr Wb

Dua Serigala

*KotaSantri.com :* Ada dua ekor serigala di hutan belantara, serigala B menantang serigala A untuk menangkap seekor kelinci yang sedang makan wortel, tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Ayo Serigala A, kamu bisa ngga tangkap kelinci itu?" tanya serigala B.
"Ah, itu gampang, lihat saja nih!" Jawab serigala A, dan dengan sigap serigala A itu pun melompat ke arah kelinci tersebut, dan berlari mengejarnya.

Sedangkan kelinci yang melihat serigala itu, langsung lari terbirit-birit ketakutan, tanpa pikir panjang wortel yang masih dikunyahnya di lemparkan ke arah serigala tersebut, "DUAAAKK!!!" begitu suaranya. Karena serigala adalah binatang yang kuat, maka wortel kecil yang mengenai kepalanya tidak terasa sama sekali, serigala tersebut tetap mengejar kelinci itu, 1 menit.. 2 menit.. 3 menit.. sampai 5 menit.

Serigala itu belum dapat menangkap kelinci itu, karena kelinci itu larinya lebih kencang. Serigala itu pun kelelahan, dan menghentikan pengejarannya. Dengan perasaan yang sangat malu, dia menunduk berjalan dan kembali ke temannya serigala B.

Setelah sampai di tempat serigala B, maka serigala B itu pun bertanya,
"Bagaimana? Apakah kamu bisa menangkapnya?" Tanya serigala B, lalu serigala A hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih tertunduk. Serigala B lalu melanjutkan perkataanya : "Kamu tahu, kenapa kamu tidak bisa menangkap kelinci itu? Kamu kalah, karena kamu tidak serius. Kamu berlari mengejar kelinci hanya untuk pamer saja, sedangkan kelinci itu berlari untuk nyawanya."

***

Untuk orang yang sudah bekerja, mungkin Anda merasa, Anda sangat lelah, Anda capai dengan pekerjaan, bosan, tidak ada kemajuan sama sekali dalam pekerjaan Anda. Itu dikarenakan karena Anda tidak serius dengan pekerjaan Anda.

Cobalah pikirkan kembali, apakah tujuan sebenarnya Anda bekerja? Sebab, terkadang ada orang yang bekerja, karena tuntutan orang tua agar mencari uang sendiri, atau kadang juga ada orang yang bekerja, karena mereka merasa 'harus' bekerja untuk membantu orang tua mereka menghidupi keluarganya, atau ada juga orang yang bekerja karena untuk dapat pamer pada teman-temannya, pada sanak saudara, bahwa dia sudah bekerja.

Jadi, apakah tujuan Anda bekerja? Demi rasa bangga pada serigala B. Atau demi rasa lapar?* (Gundolo Sosro)*




~ Keep Amar Ma'ruf Nahi Munkar on the Net, euy! ~

Berapa Lama Kita Dikubur ?

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet.

Baju merahnya yang Kebesaran melambai Lambai di tiup angin. Tangan Kanannya memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya Untuk dicicipi, Sementara tangan kirinya mencengkram Ika tan sabuk celana ayahnya.

Yani Dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, Berputar sejenak ke kanan & Kemudian duduk Di atas seonggok nisan
"Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915:20- 01-1965"

"Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya Yang mengangkat ke atas Dan ikut memejamkan Mata Seperti Ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk Neneknya...

"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah."
Ayahnya mengangguk sembari tersenyum Sembari memandang pusara Ibu-nya.
"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya yah..." Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang Dan Jarinya berhitung. "Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun ... "

Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak Kuburan di sana .

Di samping kuburan neneknya Ada Kuburan tua berlumut

"Muhammad Zaini: 19-02-1882 : 30-01-1910"

"Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun Yang lalu ya yah" jarinya menunjuk nisan disamping Kubur neneknya.

Sekali lagi ayahnya mengangguk.

Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya.

"Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap Teduh Mata anaknya.
"Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau Kita mati, lalu di kubur Dan Kita banyak dosanya, Kita akan disiksa di neraka" kata Yani sambil meminta Persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?"
Ayahnya tersenyum, "Lalu?" "Iya .. Kalau nenek banyak Dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun *** yah Di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang di kubur .... Ya nggak yah?" Mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.

Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya Berkerut, tampaknya cemas ..... "Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.

Pulang dari Pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan Anaknya ... 42 tahun ... Hingga sekarang...kalau kiamat Datang 100 tahun lagi ....142 tahun disiksa ...

Atau bahagia Di kubur .... Lalu IA menunduk ... Meneteskan air Mata ...

Kalau Ia meninggal .. Lalu banyak dosanya ...lalu kiamat Masih 1000 tahun lagi berarti IA akan disiksa 1000 tahun?

Innalillaahi WA inna ilaihi rooji'un ... Air matanya semakin banyak Menetes.....

Sanggupkah IA selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan ..kalau 2000 tahun lagi?

Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu IA akan disiksa di kubur ..

Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi? Tahankah?
Padahal melihat adegan preman dipukuli Massa ditelevisi kemarin Ia Sudah tak tahan?

Ya Allah ...IA semakin menunduk .. Tangannya Terangkat keatas..bahunya naik Turun tak teratur....

Air matanya semakin Membanjiri jenggotnya .....

Allahumma as aluka khusnul khootimah berulang Kali di bacanya DOA itu Hingga suaranya serak ...

Dan IA berhenti sejenak Ketika Terdengar batuk Yani.

Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan Bambu.... Dibetulkannya Selimutnya.

Yani terus Tertidur.... tanpa tahu, Betapa sang bapak sangat Berterima kasih padanya karena telah Menyadarkannya ..

Arti Sebuah Kehidupan... Dan apa yang akan datang di Depannya...

Sebarkan e-mail ini ke saudara-saudara Kita,
mudah-mudahan bermanfaat.. .